Senin, 29 Oktober 2012

Wasting Time in Library (Based on True Story)


            Sudah sekitar 3 bulan aku di sini tapi baru kali ini aku menghabiskan waktu menunggu kuliah selanjutnya di tempat ini. Tidak ada orang berteriak, bercerita terlalu keras, tidak ada suara music, hanya suara-suara kecil yang tidak begitu berarti. Suara gesekan sepatu dengan lantai, buku yang dibuka, beep sensor, suara ketikan, dan beberapa bisikan yang jarang. Sayup-sayup kudengar music lembut yang di dalamnya hanya ada instrument terompet dan dengungan dari mesin kecil tak jauh dari tempatku. Suasana lembut seperti ini membuat kantukku yang dari pagi tadi kutahan muncul lagi. Tapi kukuatkan untuk tidak memejamkan mataku terlalu lama.

            Sudah beberapa kali orang di sekitarku berganti, tapi aku tetap di sini sibuk browsing, membaca, mengetik atau kadang lupa hanya melamun menerbangkan pikiranku ke dunia antah berantah. Kakakku sudah pergi menuju kelasnya. Entah kenapa setelah sendirian perutku tiba-tiba sakit, tapi tidak kuikuti saran kakakku untuk menitipkan barang-barangku di loket peminjaman dan ke kamar mandi sebentar. Aku bersikeras duduk bersandar di tempat ini.
            Ah, tiba-tiba keadaan hening yang menenangkan hilang dan berganti suara-suara bising yang menggangguku. Kuintip, jarang ada orang di sini tapi suara beep sensor semakin sering dan tidak jauh dari tempatku terdengar jelas suara printer bising. Kantukku tidak hilang tapi bertambah rasa emosi yang datang. Ditambah, kenapa ada ibu-ibu yang tiba-tiba ngerumpi di sana? Ah semakin sebal saja.
            Di sudut sini hanya ada dua meja, dan kebetulan sekarang hanya ada aku dan satu perempuan di depan sana yang hanya membolak-balik buku di depannya. Mungkin dia bernasib sama denganku, menunggu waktu yang sangat lama tapi tidak bisa pulang. Meja yang di pakai perempuan itu tidak begitu besar, hanya panjang dan memang dikhususkan untuk pembaca. Sedangkan meja yang aku pakai sekarang ini berbentuk segi 6 yang kira-kira lebarnya satu meter. Hanya aku tempati sendiri, kelihatan egois memang dengan begitu banyak barang yang kubawa ketempat ini, tapi memang di sudut sini jarang ada yang menempati. Padahal di sini nyaman dan cukup menyenangkan. Yah, hitung-hitung untuk menghabiskan waktu.
            Kutoleh buku yang masih terbuka di halaman terakhir kubaca di sebelah kananku. Pesan dari Sambu karya Tasmi P.S. yang sudah 4 hari lalu kuincar untuk kubaca. Sayang sekali tidak boleh dipinjam karena buku ini termasuk dalam daftar Taman Baca yang berada di perpustakaan kampusku. Masih sampai halaman 7, tapi sudah menarik saja kata-kata yang disuguhkan. Aku masih belum dapat menebak cerita seperti apa yang akan kunikmati nantinya, tapi aku sudah tertarik ketika melihat sampul hijaunya dengan embel-embel Based on True Story. Pasti menarik!
            Kututup buku itu tapi belum berniat untuk mengembalikan ke tempatnya. Mungkin saja aku masih punya beberapa jam untuk meneruskan membacanya, setelah rasa malasku hilang. Ya ampun! Terlihat sampul buku dengan judul Pengantar Antropologi II karya Koentjaraningrat yang sudah sejak tadi kupinjam dengan seri I-nya. Sudah sempat aku baca, tapi mendadak rasa kantuk yang akut dan rasa takut campur kesal muncul.
            Mulai minggu ini memang dimulai UTS, tanggal resminya 05 November tetapi beberapa dosen memajukan UTS-nya, sehingga mahasiswa yang seperti aku ini menjadi kelabakan. Meminjam buku diniatkan untuk belajar tapi sampai sekarang hanya aku letakkan di sebelahku. Besok pagi aku akan menjalankan UTS Antropologi. Aku tidak begitu paham akan mata kuliah ini, tapi ketika dosen bertanya bagian mananya yang aku tidak paham aku pasti akan semakin bingung. Jika aku menjawab aku tidak paham sama sekali, dikira bodoh aku nantinya.
            Beberapa temanku juga sudah menyicil belajar, katanya sih. Entah sudah seberapa jauh mereka memahaminya, tapi aku harap aku bisa belajar dan mengerjakan ujian dengan lancar dan berjawaban benar. Aku benar-benar ingin mendapatkan ilmu dan IP yang tinggi.
            Ah, baiklah. Aku akan mencoba untuk membacanya, sekali lagi di sini. Atau jika sempat ketika nanti di perjalanan pulang. Atau kalau tidak malas setelah aku sampai rumah sekitar jam 8 malam nanti.
read more..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar